Susah benar meminta ponakan saya sholat. Dulu saya pakai kata 'menyuruh'. Tapi ga efektif. Yang ada kami rebut-rebutan remote tv. Saya ingin nonton berita sore, dia tidak ingin sholat. Untuk menunjukkan saya berkuasa -karena di rumah saya tingkat kekuasaan berdasarkan umur, makin tua makin berkuasa- saya dengan galak maksaain banget. Jadilah dia ambil whudu asal-asalan. Sholat secepat-cepatnya. Saya bilang, gilee. lu sholat udah 5' melenceng dari kaabah, cepatnya pake kecepatan cahaya. Dia nyengir. Perintah udah dilaksanakan, ga ngutang lagee. Ya juga sih.
Anak-anak umumnya ga terlalu dianggap berdosa ketika malas sholat. Alasannya karena mungkin Tuhan lebih suka anak-anak karena mereka berfikir lempeng dan bersih. Bukan artinya Tuhan ga sayang kita yang udah berlumur dosa ini, tapi karena kita lebih memahami hidup dan memahami untuk apa kita diciptakan, kita jadi ga bertanggungjawab jika menepiskan pemahaman itu dengan tidak berterimakasih.
Saya katakan pada ponakan saya, apakah lu akan berterimakasih jika diberi sesuatu? Dengan tatapan ga penting gitu, dia bereaksi, gimana sih? la iya la dikasi berterimakasih. asal ga dikasi omelan (nyindir nih?barusan saya ngomel cara sholat dia).
Nah, karena itu kita sholat,berterimakasih ke Allah yang telah beri kita banyak Kata saya klise. Dengan lucu dia menatap saya lama-lama. Apaan sih... semua orang pada tahu. Apa gak ada info baru? Ooooo....
Saya jadi bertanya ke diri sendiri. Mengapa kita kudu menyembah Tuhan ? Ada perbedaan di awal-awal saya belajar agama dengan sekarang. Bukan karena sekarang saya lebih pinter, tapi karena saya lebih merasa bagai seekor semut di pojok dapur dengan sebungkah manisan salak. saya begitu memahami salak ini, manis, enak sekali. Tapi saya tidak tahu salak ini dari mana. buahkah dia, apakah dia, saya ga tahu. Apalagi melihat pohonnya. Terlalu rumit untuk saya yang merasa telah banget-banget beruntung bisa makan di pojok dapur. Jangankan bisa ke kebun salak, untuk menjawab pertanyaan tentang salak dan asal-usulnya. ke ruang tamu rumah in i saja saya ga pernah. Saya ga tahu luas rumah ini,pemiliknya siapa namanya. Saya hanya mencoba mengais rezeki di pojok dapur.
Entah kena sih saya merepotkan tentang seekor semut ini. Tapi memang seperti itulah yang saya rasakan. Ketika banyak pertanyaan yang tidak mampu saya pahami apalagi saya jawab, satu-satunya yang membuat saya merasa sangat berarti adalah mengkomunikasikannya dengan Tuhan. Ini membuat saya merasa saya mempunyai suatu pertalian khusus dengan Tuhan yang tidak melupakan untuk menjawab saya yang kecil,imut,berjalan cepat-cepat dan manis ini.
Saya tidak menuntut apapun lagi.
Jadi ketika teman saya bilang, dia bukan siapa-siapa untuk diyakini dia adalah seseorang yang penting di dunia ini, saya hanya bisa bilang, kita tidak tahu, manisan apa yang jatuh di lantai ruang tamu.
Yang kita perlu lakukan adalah menjalani ini semua dengan normal, tapi tidak menolak ketika tangan-tangan Tuhan mengangkat kita menuju keajaiban ruang tamu.
Saya orang yang percaya hal demikian.
Karena dengan begitu saya benar-benar menikmati adanya Tuhan, dan kenapa saya harus menyembah zat yang saya benar-benar cintai dan rindukan ini.
(Buat ponakan saya, kalu baca ini semoga ga males sholat lagi. Buat teman saya yang ga yakin dia siapa, semoga percaya apa yang Allah bebankan pada kedua pundakny adalah apa yang disebut kehendak Allah!)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mereka menghabiskan energi dan waktu untuk menjadi perpanjangan aspirasi rakyat. Tapi mereka sendiri tidak tahu apa yg bertunas di masyarakat. Bagiku ini rancu dan tidak lebih dr perjuangan uang. Tidak akan membawa perubahan kecuali eksploitasi derita. Smg ada yg menghentikan ini.