Helen, aku ingat malam-malam kita bertangisan di tanggal 14 mei. Waktu kita meringkuk di sudut lemari dan merasa malam begitu panjang. Airmata kita seperti bulir-bulir hujan bulan februari, ketika di klenteng kita berdua minta jodoh dan anak-anak yang banyak.
Helen, aku juga takut.
Kita merapikan diri. Kamar porak-poranda. Dan momi menangis di ruang tamu, meratapi kita besol dan nama keluarga kita dan usaha kita, dan ! Helen ! Astaga, kita tanpa perlindungan lagi...
"Mati saja semua pemerkosa-pemerkosa itu!" jeritmu.
"gua akan menikah dengan Joshua,ce..."
Aku bersandar di pintu lemari antara sadar dan tidak,antara menahan ngilu diriku dan marah di dadaku.
Aku akan melawanmu ! Suatu hari aku akan membunuhmu ! Membakarmu ! Apa salah kami ? Hatiku berteriak-teriak sendiri.
"Li hua, li hua,cepat kamu bangun," aku mendengar suara momi.
pagi itu tgl 15 februari.
"Pergi kamu sama helen dr ruko,momi ga bisa kasi kamu waktu banyak-banyak. Mana helen ?" momi memandang sekeliling kamar yang mulai berbau sumpek. telah 3hari kami tidak membuka jendela dan AC mati.
Aku mendapati aku tertidur di depan lemari diantara boneka ikan lumba-lumba helen.
"mana memei-mu? di kamar mandi?" tanya momi lagi. aku menggeleng tidak tahu. Tapi juga melangkah ke kamar mandi di pojok kamar. aku memutar gerendel pintu,terkunci.
"dikunci,mi",kataku.
"kok,sepi helennya?" tiba-tiba momi gusar. aku menggeleng.
"Helen ! Helen ! lu buka pintu,ha !",teriakku.
Tidak ada jawaban. Sepi.
"Helen !" momi teriak.
Kami berpandangan. Dan fikiran kami sama. Kami menggedor pintu kamar mandi. mendorong-dorongnya dengan tubuh lelah kami...
Pagi.
15 mei 1998. Helen fong, yang cantik dan terkasih, meninggal dunia dengan darah merembes di lantai kamar mandi ruko kami.
2001.
wandha chandrawati
Helen, aku juga takut.
Kita merapikan diri. Kamar porak-poranda. Dan momi menangis di ruang tamu, meratapi kita besol dan nama keluarga kita dan usaha kita, dan ! Helen ! Astaga, kita tanpa perlindungan lagi...
"Mati saja semua pemerkosa-pemerkosa itu!" jeritmu.
"gua akan menikah dengan Joshua,ce..."
Aku bersandar di pintu lemari antara sadar dan tidak,antara menahan ngilu diriku dan marah di dadaku.
Aku akan melawanmu ! Suatu hari aku akan membunuhmu ! Membakarmu ! Apa salah kami ? Hatiku berteriak-teriak sendiri.
"Li hua, li hua,cepat kamu bangun," aku mendengar suara momi.
pagi itu tgl 15 februari.
"Pergi kamu sama helen dr ruko,momi ga bisa kasi kamu waktu banyak-banyak. Mana helen ?" momi memandang sekeliling kamar yang mulai berbau sumpek. telah 3hari kami tidak membuka jendela dan AC mati.
Aku mendapati aku tertidur di depan lemari diantara boneka ikan lumba-lumba helen.
"mana memei-mu? di kamar mandi?" tanya momi lagi. aku menggeleng tidak tahu. Tapi juga melangkah ke kamar mandi di pojok kamar. aku memutar gerendel pintu,terkunci.
"dikunci,mi",kataku.
"kok,sepi helennya?" tiba-tiba momi gusar. aku menggeleng.
"Helen ! Helen ! lu buka pintu,ha !",teriakku.
Tidak ada jawaban. Sepi.
"Helen !" momi teriak.
Kami berpandangan. Dan fikiran kami sama. Kami menggedor pintu kamar mandi. mendorong-dorongnya dengan tubuh lelah kami...
Pagi.
15 mei 1998. Helen fong, yang cantik dan terkasih, meninggal dunia dengan darah merembes di lantai kamar mandi ruko kami.
2001.
wandha chandrawati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mereka menghabiskan energi dan waktu untuk menjadi perpanjangan aspirasi rakyat. Tapi mereka sendiri tidak tahu apa yg bertunas di masyarakat. Bagiku ini rancu dan tidak lebih dr perjuangan uang. Tidak akan membawa perubahan kecuali eksploitasi derita. Smg ada yg menghentikan ini.