Rabu, 01 April 2009

ada apa dengan yogie

Jangan salah menuliskan nama Yogie, ya! Bukan Yogy. Yogi. Atau Yo Gi. Iini Yogie (dibaca yogi aja sih, bukan yogi-e). Ibunya kasi nama bukan itu. Nama ngarang-ngarang dia, biar asik aja. Kenyataannya dia emang asik. Melihatnya pertama kali -- ah, ga keliatan. Waktu itu malam. Saya baru turun dari travel setelah 4,5 jam perjalanan dan duduk di samping pak supir yang sedang bekerja, mengendalikan sikunya supaya kena bagian tertentu saya.
Yang jelas entah kapan, saya dan yogie tahu-tahu sudah duduk berdampingan (mesra amat), bercerita tentang kegiatan dia 2 minggu terakhir ini. Saya jadi merasa bertemu teman yang sama ga jelas dan ga sopannya. Saya juga begitu--kapan-kapan bersemangat, siapa saja saya ajak bicara panjang-lebar. Padahal sehari-hari saya pendiam lho, kalo lagi dimarahin boss.

Jadilah saya mengfavoritkan yogie. kayak apa sih si yogie ini? Wah, jauh panggang dari api, jauh pinggang dari pipi neh. Maksudnya yogie ganteng sendiri, alias kalu ga bawa-bawa temen cowok lain (tapi dia punya adik cowok yang ehem! cute..). Yogie kurus. kering. item. menderita gitu deh tampangnya. Tapi saya kan selalu bilang, jangan nilai buku dari sampulnya. Karena kalu dekat-dekat yogie, yang menderita itu bukan dia, tapi kita. Karena dia mampu mencela tapi ga mempan dicela. makanya saya berani tulis ini. he.he.

Sejujurnya, saya cuma 3 hari bersama-sama yogie. Tapi 3 hari itu non stop. 3 x 24 jam. Pagi ke pagi, sore ke sore. Kecuali tidur, saya lupa yogie tidur dimana. Karena dia nampaknya mampuy menyelipkan tubuh kurusnya disela-sela tubuh-tubuh gemuk lainnya. Tahu-tahu bangun pagi, yogie telah di depan kompor, masak air untuk teh dan kopi hangat. Membikin sarapan, mie instant untuk semua. Yogie emang cekatan. Saking cekatannya dia mampu menangkap ikan di sungai yang deras airnya dan berbatu-batu gitu. Dan menggorengnya menjadi makan malam yang enak (betapa beruntungnya cewek yang menikah dengan yogie kelak!). Dan dia tidak sanggup marah ketika dengan gembiranya, teman saya iwan membawa sepiring ikan goreng garing yogie ke tenda dan menjadikannya kudapan malam yang menyenangkan dan mengenyangkan. Saya juga berpartisipasi membantu menyelesaikan pekerjaan memakan ikan goreng yogie, sebagai wujud penghargaaan, betapa dapat diandalkannya yogie siang dan malam. (Yogie cemberut di depan kompor, tapi segan kali dengan febri, karena saya dan iwan teman feb yang diundang feb untuk tracking ini). Yogie juga, perkasa. he.he. itu telah dibuktikan. Dia nyantai aja berlari di bukit terjal ketika kami tracking itu, dan memimpin perjalanan di depan sambil bernyanyi lagu... malaysia ! Saya jelas aja ga bisa menyamai langkahnya apalagi ikutan nyanyian ga jelasnya. Apalagi iwan. Yang selalu berada di lini belakang. Alasannya : gua lagi menikmati pemandangan. Lu aja yang pada ga menghargai alam ! Padahal dia amat repot membawa bobotnya yang segede gaban.

Dengan kemampuannya ,menangkap ikan di sungai di sela bebatuan, kecepatannya turun naik bukit yang bermedan berat, membuat saya dan iwan mengamati yogie dengan lebih seksama. Jangan-jangan....

Benar! Yogie smeagoll! Kami jadi ingat film Lord of the Ring. Yogie mirip itu. Sumpeh. Entah kenapa Yogie mencak-mencak dengan kenyataan ini. Dia bnerusaha membuat persamaan, bahwa iwan adalah hobbit. karena kakinya... besar. Tapi dia ga bisa menyebut saya hobbit juga. Karena saya, makin dilihat, makin kayak elf. Ditambah kemampuan iseng dan sok tahu saya tentang yang aneh-aneh, definisi elf lebih mendekati saya. he.he.he.

Ternyata kemampuan terpendan yogie tidak berhenti sampai di situ. Pulang tracking, febri mengajak kami ke stasiun radionya. Tadinya kami kira kami cuma ditawari melihat-lihat perkakas broadcasting. Tapi ketika melihat ada tampang yang akrab di board gede dekat kaca, saya jadi terpesona dan nyengir sendiri. Eh.eh.. si yogie penyiar juga ! Jangan salah ya, dia disukai pendengarnya. wah. wah!


Sya benar-benar merasa punya teman yang cocok. Saya jadi semakin mengfavoritkan yogie. Karena sudah lama saya tidak siaran dan sudah lama juga pengan punya temen siaran yang komplit kayak yogie. (kapan dunk yog, kita on air berdua ?).
Tapi jika kita ke radio itu jangan harap mudah menemukan nama Yogie. Saya dan Iwan sibuk mengeja satu persatu nama. "Yang mana sih nama Yogie disini?",tanya iwan. Febri dengan senyum-senyum menunjuk satu nama. Eko Hamadi. Heck! Ih, Yogie...Yogie. Njawa ternyata.

(cerita telah dilebay-lebaykan. Jika ada kesamaan nama, ciri-ciri fisik, karakter, kekurangan dan kelakuan, semuanya hanya... kenyataan belaka.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mereka menghabiskan energi dan waktu untuk menjadi perpanjangan aspirasi rakyat. Tapi mereka sendiri tidak tahu apa yg bertunas di masyarakat. Bagiku ini rancu dan tidak lebih dr perjuangan uang. Tidak akan membawa perubahan kecuali eksploitasi derita. Smg ada yg menghentikan ini.