Minggu, 25 Juli 2010

Cerita di Pagi Lebaran

Pagi itu spt pagi hari raya manapun: sukacita & tawa, hidangan begitu banyak, ruangan keluarga penuh, semua hadir, ciuman bertaburan, sungkeman, kado-kado kejutan bergegas dibuka. Amplop2 angpao diterima dg senang hati. Semua mendadak 'kaya-raya'. Tdk ada yg berduka.

tamu-tamu mulai berdatangan. Tetangga,teman,kerabat. Telfon berdering silih berganti. Bahkan kucing kesayangan tersandar kekenyangan. Sptnya ini hari kemenangan. Hari yg indah.

tiba2 trdengar salam dr pintu. Semua brhenti tertawa. Seorang perempuan setengah baya,berbaju lusuh,tdk bersandal,amat lelah.
inilah percakapan di pagi itu.

”salam,mbak”
”salam ibu. Ayo masuk”
”trimakasih. Sy disini saja.saya hanya mau lht hari raya di rumah ini.dr luar kedengaran gembira sekali”
”tp masuklah. Kami punya sesuatu buat ibu. Ayo!”


malu2 ibu itu masuk.
lalu mengalirlah cerita ini.
”saya tdk punya suami&anak.keluarga jg tdk ada.sy besar di wonokromo.masih gadis2 kecil merantau k jkt sini. Sy jd perempuan malam di (dia sbt suatu nama).akhr 70an sy terkenal disana. Tiba2 sy trkena penyakit ini (dia menyingkap bagian dadanya sdkt). Tamu2 brkurang,saya pun tdk mampu byr uang sewa bilik. Saya lalu hdp di jalan.sy lupa sdh brp lama. Sy ingn brhari raya.tp saya ga tau agama saya apa. Papa sy keturunan (dia sebutkn suatu etnis).ibu dr (sbuah suku).ktk papa meninggal,kami amat miskin. Apa sy bs brhari raya jk tdk tahu agama sy apa?”.

kata2 itu melekat sangat dlm otak saya. APAKAH SAYA BISA BERHARI RAYA JIKA TIDAK TAHU AGAMA SAYA APA?

(in memoriam: mbak sisil)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mereka menghabiskan energi dan waktu untuk menjadi perpanjangan aspirasi rakyat. Tapi mereka sendiri tidak tahu apa yg bertunas di masyarakat. Bagiku ini rancu dan tidak lebih dr perjuangan uang. Tidak akan membawa perubahan kecuali eksploitasi derita. Smg ada yg menghentikan ini.