Minggu, 25 Juli 2010

KUBURAN

Dari tiap tempat yang pernah aku masuki aku paling suka, kuburan.
Bukan aku ingat mati, aku bahkan tidak peduli harapan-harapan dan ketakutan pada kematian. Semata-mata aku merasa, antara kehidupan dan kematian, diprasastikan di sebuah gundukan dan nisan, tertulis sedikit keterangan siapa yg dikubur di sana,dan kadang-kadang sebuah puisi indah.

Banyak kuburan terawat rapi bahkan mewah. Tapi di pemakaman yang sama, juga ada yang tak terurus, yang ala kadar, bahkan jika terlalu lama ahli waris tidak membayar kontrak pemakaman, beberapa saat akan hilanglah sebuah indetitas.

Kuburan menyimpan lebih banyak keheningan dan perenungan juga kisah-kisah kematian. Juga mencetus mistis, ketika kuburan punya daya tarik spritual tertentu yang scr kolektif disepakati bersamaan. inilah kuburan keramat.

Kuburan mengingatkanku lebih banyak pada potret-potret kehidupan yang mempunyai kelas-kelas sosial, keyakinan religi, kekuatan finansial dan dominasi budaya yang kental. ini potret real yang mengantarkan kematian seseorang punya dimensi tertentu dan punya bahasa-bahasa sosial yang berbeda.
Kuburan tidak mengingatkanku pada kematian. Buatku cukuplah semua cerita kematian bukan sbg alat mengintimidasi kesadaran religius orang. Banyak pelajaran keimanan lain, daripada menceritakan tragedi dan aib kematian untuk mendidik mereka yang hidup.

wandha chandrawati.
11 maret 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mereka menghabiskan energi dan waktu untuk menjadi perpanjangan aspirasi rakyat. Tapi mereka sendiri tidak tahu apa yg bertunas di masyarakat. Bagiku ini rancu dan tidak lebih dr perjuangan uang. Tidak akan membawa perubahan kecuali eksploitasi derita. Smg ada yg menghentikan ini.