Dalam perjalanannya, teman saya Gin lahir,bertumbuh dan berkembang sebagai pribadi yang luar biasa. maksudnya luarbiasa menyebalkannya. Setiap hari saya dan hampir boleh dikatakan semua orang, memulai permusuhan baru dengannya hari itu. Jika bertemu dia di koridor, saya berusaha menyelip diantara banyak tubuh lain, atau pura-pura sibuk dengan hp dan apa saja agar tidak berkomunikasi dengannya.
Tapi Gin kayaknya seakan menikmati keadaan itu dari setiap orang.
Terasing, mendapatkan wajah cemberut orang-orang untuknya,demi Tuhan, kita bahkan membenci bau Gin!
Waktu berlalu, ketika semua teman lulus dari kuliah, saling berjauhan sehingga teman akrab terasa tidak akrab, teman dekat kok rasanya janggal, kita hidup di dunia pekerjaan yang menegangkan, tidak ramah dan tidak baik hati, kompetitif, sedikit munafik (sesungguhnya sangat munafik).Saya mendadak bertemu Gin ketika berlibur akhir tahun.
Senang ?
Ketika saya mencari sovenir pesanan kerabat di sebuah toko barang antik, saya tertarik suara seseorang yang tenang dan ceria yang sampai di kuping. Suara itu terkesan familiar. Tapi kalima-kalimatnya bukan main ! Rupanya orang ini menjelaskan tentang sebuah baskom kuningan majapahit dalam 2 bahasa. sesekali ada tawa diantara semua orang, dan yang sangat berkesan bagi saya, si penjelas itu menembangkan sebuah lagu jawa dengan suara indah! Siapa sih orang ini ? Saya menyeruak diantara kerumunan pembeli.
Oh, Allah..How can be ?
Ya. Itulah dia Gin! Saya terpana. Bukan karena dia lebih rapi dan agak berisi posturnya, tapi bagaimana mungkin dia yang semasa dulu cuma sibuk ngomong jorok, mengumpat, gak ada yang menyenangkan,semua orang dijadikan musuh, sekarang berdiri di tengah ruangan kecil, dikelilingi orang-orang jepang dan bule, beberapa orang kita tersenyum-senyum padanya, dan dia yang serba kaku dulunya, sekarang luwes menghadapi semua orang.
saya mengamatinya dengan takjub.
Singkatnya. ketika kami membahas kesan dari pertemuan pertama kembali itu, Gin hanya menjelaskan 1 kalimat : Lahir, bertumbuh dan berkembang.
Maksudnya ?
Dia tersenyum. Saya baru tahu, senyumnya nyaman juga.
Dia tidak menjelaskan lebih banyak lagi. Sambil menepuk telapak tangan saya, dia berkata : Lahirlah lagi, lalu bertumbuh, dan berkembanglah !
Kata-kata itu terendap setelah bertahun-tahun.
Saya disibukkan dengan obsesi dan kegirangan-kegirangan religius seorang muda yang merasa telah lahir, sedang tumbuh dan belajar berkembang. Sya pikir saya mencapai puncak pemahaman-pemahaman, seperti tumbuhan cemara di akhir bulan desember, segar hijau ditiup angin dan hujan.
Sampai suatu saat saya bekenalan dengan seorang teman baru.
Saya tidak pernah bertemu dengannya.
Tapi dia menunjukkan saya sebuah pemahaman baru tentang lahir.
Lahir dengan cinta,
menjelaskan pada saya tentang bertumbuh.
Bertumbuh dengan hati,
Menggiring saya tentang berkembang.
Berkembang untuk kemanusiaan.
Dia ga menjelaskan dengan bahasa pendiktean, cuma bahasa ala dia. Intinya, dia memberi saya pengertian lain tentang sebuah pemikiran dan hak menjadi apa yang diinginkan Allah, Tuhan, tapi tidak menyia-nyiakan hak kita sebagai manusia bebas berkehendak dan menjiwai hidup ini. Sebagai kita sendiri, bukan cetakan kehendak luar.
(Buat 2 temanku yang jauh, Termakasih banyak).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mereka menghabiskan energi dan waktu untuk menjadi perpanjangan aspirasi rakyat. Tapi mereka sendiri tidak tahu apa yg bertunas di masyarakat. Bagiku ini rancu dan tidak lebih dr perjuangan uang. Tidak akan membawa perubahan kecuali eksploitasi derita. Smg ada yg menghentikan ini.