Minggu, 25 Juli 2010

Seguci Airmata, Semangkuk Darah ( Cerita I )

Sang Pengkelana,pria berseruling sepanjang jalan yg dilaluinya. Dia berhenti di tiap rerindang pohon untuk memberi pengalaman2nya. Sambil diselingi lembut alunan seruling. Menyayat2 hati dan memilukan geligi,ragapun tak sanggup menahan.

Seketika pria ini amat masyhur, menggiring sepasang kaki mungil yg dipasung kebatan kain-kain, perempuan yg hanya mengenal bulan dari kisi-kisi.

Dia tak tahan nada lagu itu. Dia mengejar pria itu. Tapi langkah2 pendeknya yg bergegas membuat dia tersungkur berkali-kali.

Sang pengkelana tahu dia diikuti. Tp pesona rerindang pohon yg mengumpulkan banyak org untuk memujanya, mengalahkan hati seorang pria terhadap seorang wanita.
'kenapa kau kejar aku,aku tak tertarik pada kaki-kakimu',bathin sang pengkelana.

Waktu terus berjalan,tak mengasihani untuk menunggu si perempuan berkaki mungil.
Sepanjang jalan, airmatanya menetes. Dia tampung dalam sebuah guci yg dijunjungnya.
Sepanjang jalan, darah di kaki tangannya mengucur. Dia tampung di mangkuk yg ditentengnya.
Makin lama perjalanannya makin sulit dan susah saja. Guci makin berat. Mangkuk tak boleh tumpah. Dia terus mengejar sang pengkelana.

Di musim semi,ktk burung2 bercumbu di dahan pepohonan, sang pengkelana terlelap lama. Hampir selesai musim semi,dia blm juga terbangun.

ketika musim hampir berganti, cuaca tak lg hangat dan mesra,si pengkelana terjaga.

di depannya,
Perempuan berkaki mungil tersungkur dg seguci airmata dan semangkuk darah.
Perempuan berkaki mungil tersenyum. Tp wajahnya pucat dan tubuhnya telah membeku.

seorg pendeta menhampiri sang pengkelana, berkata pdnya dg wajah berduka.
”taukah engkau pemuda, kata2mu dan serulingmu tlh membuat dia menderita ? Dia kejar engkau pdhl kakinya begitu lemah. Tp dia mampu buktikan hatinya kuat dan yakin padamu,lwt seguci airmata dan semangkuk darahnya”.

wandha chandrawati,5 nov 09.
12 Cerita Kepada Sang Pengkelana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mereka menghabiskan energi dan waktu untuk menjadi perpanjangan aspirasi rakyat. Tapi mereka sendiri tidak tahu apa yg bertunas di masyarakat. Bagiku ini rancu dan tidak lebih dr perjuangan uang. Tidak akan membawa perubahan kecuali eksploitasi derita. Smg ada yg menghentikan ini.