Ini perkara tinggal-meninggalkan. Dalam hidup hal seperti ini seolah jadi pertanda bahwa mimpi tadi malam jadi kenyataan, feeling kemarin memang benar, sinyal-sinyal yang nampak sebelumnya adalah indikasi: lu pigi,ha! Temanku pernah ditinggal. ditinggal kawin. sama seorang perempuan yang 8 tahun lamanya menetap di hati. Ditinggal ibu di pasar, sedih. Tapi ditinggal pacar kawin, pedih. Saya bukannya bukan mau kejam mengungkit-ungkit luka dia dan lukaku sendiri. kenyataannya saya juga korban ditinggal pacar kawin. Pacarku tepat meninggalkanku di detik-detik dia check out, pulang kampuang. Tadinya betapa senyumannya ganteng buanget ketika saya nganter ke bandara. bagaimana mungkin 45:16 detik kemudian dia mengenggam tangan saya, bukan untuk bilang betapa sedihnya berpisah dengan saya, tapi dengan tataapan disendu-sendukan, bilang : gua tanggal 5 merit. Saya kaget bukan karena disambar geledek karena hari itu siang bolong yang cerah. Tapi karena tanggal 5 itu lusa! Tentu dia tidak beri kejutan untuk saya karena yang dinikahinya perempuan yang tidak pernah saya kenal yang adalah bukan diriku. Dia memberi patah hati. Airmataku bercucuran. Normal, karena rasanya sakit jendral! Temanku juga bercucuran airmata, kendati dia laki-laki. jadi kita berhak menangis, ketika ditinggalkan. Karena airmatalah teman pertama yang bereaksi ketika cinta menjadi samurai yang zuing.zuing.. membuat tanda Z di dada. Zakit Zinta. mau kapok? Saya saat itu sepat sumpe la, tidak mau kenal laki-laki. Tpai faktanya 60% sahabat saya tuh laki-laki. Dan betaapa mereka jadi cheer leader, yang mati-matian meneriakkan yel-yel "don"t give up! 2x... Be brave, sweety!".. Mereka bilang pacar saya itu tidak gentle (peduli amat sekarang mah!). Tidak ada lelaki sejati macaam begitu,ha. Mereka mengeluarkan dari opini sampai pendapat, yang sebisa mungkin mencela kaum mereka sendiri agar saya, terhibur. Saya menghapus airmata. Berkesimpulan: Ok. mantan pacar saya tidak gentle, tapi saya punya teman-teman lelaki yang gentle (kalian emang hebat guys!!).
Ketika teman saya ditinggal pacarnya kawin,saya pun tampil membalas budi kepada kaum adam yang kemarin menceriakan saya, dengan meng-sms ceweknya itu -yang adalah kaumku itu- untuk bilang: Ok. Gw mau mencampuri urusan lu. lu merit. tapi lu punya tanggungjawab moril dunk jika ada yang tergores tentang itu. Apa jawab ceweknya? Lu cewek bukan? Lu belum merit (maaak,dia bawa-bawa status mimpi buruk ini..hiks.) ,kan? lu gak berhaak mengeluarkan pernyataan itu ke gue, karena lu, gue, XY(simbol gen teman saya) gak saling kenal!! Ho.ho.ho. Dia benar. Alih-alih membela temanku, aku malah makin mengacaukan hubungan mereka aje. Walhasil, 8 hari kemudian cewek itu menikah. Teman saya menangis, melow-melow, kukuruyuk di pagar. Tidak ada yang saya dapat lakukan. Sore itu, di hari pesta cewek itu, saya melintasi lokasi kondangan. 3 jam kemudian, saya sampai ke kota teman saya yang patah hati itu. Ketika kami makan malam bersama, saya lihat teman saya memandang hidangan dengan tidak berselera. Salut, selama 3 hari bersama-sama di akhir pekan itu, dia selalu berjuang untuk tetap tersenyum. Dan seperti anak yang tidak mau mama tambah marah lagi karena tidak naik kelas, dia membalas dengan bertindak manis, makan banyak-banyak, tidur banyak-banyaak.. Walaupun aku yakin, jika ketemu pohon jambu dan benar-benar sendirian, dia pasti mewek-mewek.
Aku masih punya teman lain (banyak amat yang patah hati?) yang juga, berkali-kali malah, ditinggalkan. Dia tipe laki-laki periang, cerdas, ga da lu ga rame. Aha, jangan nilai buku dari sampulnya ya. suatu malam yang dingin, dia dengan melankolis cerita. Dia ditolak oleh cewek yang dari kecil dia kenal, yang dulu sekali sering kerumahnya pakai singlet dan CD doang.. bayangkan terlukanya! Berharap-harap ga dapat-dapat! berhenti berharap, mode on. Katanya. Aku boleh nangis? tanyanya. Bole. sini.sini.. jawabku. Udah dari tadi! katanya. Saking pilunya, aku juga menangis. Jadilah malam itu malam sedu-sedan. Gpp. Habis nangis kita ngantuk,tidur akan lebih nyenyak, karena sebuah tangisan adalah olahraga jiwa, sama dengan jogging sekali lapangan bola.
Itulah peristiwa ditinggalkan.
Aku hanya dapat bilang nih. Karena rasanya ga enak, ga enak banget, sampe ga enak samasekali, mari kita tidak meninggalkan siapapun! Jika terlanjur bilang: pigi! Gua muarah buangeet! Cepat-cepatlah minta maaf. Seminggu yang lalu saya terlanjur bilang kalimat itu ke teman saya. Padahal kemarin malamnya kami nyanyi-nyanyi berdua setelah mewek-mewek cerita ditinggalkan itu. Hanya karena aku marah dengan sebaris kalimatnya, meluncurlah kalimaat tidak berpendidikan: hapus no gw! Paginya saya nyesel. Mohon ampun sama Tuhan karena mutusin silaturahim. Tapi apa daya dia juga marah karena merasa tidak bersalah. Jadilah sampai hari ini kami tidak aada kontak. Saya hanya bisa katakan, ditinggalkan tidak enak. Meninggalkan ? Ga berasa gue mah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mereka menghabiskan energi dan waktu untuk menjadi perpanjangan aspirasi rakyat. Tapi mereka sendiri tidak tahu apa yg bertunas di masyarakat. Bagiku ini rancu dan tidak lebih dr perjuangan uang. Tidak akan membawa perubahan kecuali eksploitasi derita. Smg ada yg menghentikan ini.