Minggu, 03 Mei 2009

sepanjang jalan kenangan

Siapa yang punya jalan kenangan ?
Semua pasti punya. Jalan kenangan orangtua saya, Teluk Bayur. Lho kok pelabuhan ? Maksudnya waktu mereka jalan-jalan dengan kapal Dewa Rutji, teluk bayur adalah tempat yang mereka ingat banget karena ketika jangkar diangkat, lagu "teluk bayur permai..." ernie djohan mengalun. Romantis, bukan.

Teman saya tang akunting di sebuah hotel di Padang punya jalan kenangan yang namanya : sepanjang pinggiran rel kereta api. Wktu itu dengan teman prianya, mereka menyusuri pinggiran rel kereta api dari tabing ke air tawar (nama tempat yang ada rel keretaapinya di padang), sambil sesekali mencabuti rumput-rumput liar di sisi-sisinya, saking mesranya cerita mereka berdua.
Agak panas sih, namanya juga jalan kaki. Tapi itu tetap diingatnya sampai sekarang walau sudah berhasil menyicil Honda Jazz.
Karena hari itu dia merasa jadi wanita paling penting, dan lebih-lebih tidak ada kereta api yang mengganggu. Entah apa isi percakapan mereka, tapi. Romantis, bukan.

Jalan kenangan seorang teman saya yang lain adalah jalan lintas sumatra dari padang sampai bakauheuni. Perjalanan lebih sehari semalam itu membuat dia tidak cape, tidak letih. karena-- alhamdulillah, dia bersebelahan dengan cowok paling ganteng yang pernah dia lihat. Di kemudian hari, cowok itu begitu populer di layar kaca sebagai bintang iklan. Dia bangga telah pernah duduk bersebelahan, rebutan kacang garuda berdua, minum teh botol dan makan soto panas di simpang raya, tertidur rada nyender dengan tuh bintang iklan...
Romantis, bukan.

Apalagi yaa jalan kenangan yang lain ?
Banyak sih, dan macam-macam.
Begitu indah jalan kenangan dan sepanjang jalan itu tidak ada sekeping kisah manisnya akan mampu kita lupakan, begitu terhormatnya sebuah romantisme berdiam di hati !
Ketika melewati jalan itu lagi. kita tak kuasa kan, membiarkan jiwa untuk tidak kembali ke detik-detik spesialnya dan bersyukur pada Tuhan yang memberi inspirasi kepada peradaban dan manusia untuk mampu menciptakan sebuah sarana yang namanya : jalan. Sehingga ada yang namanya Jalan Kenangan. Dijadikan lagu. Dijadikan Novel.

Nah, apa jalan kenangan saya dan dengan siapa saya melewatinya ?
Saya tidak punya jalan ituuuu.... hiks...!
Saya tidak punya dengan siapa saya melalulinya karena jalan itu tidak ada. Tidak pernah ada yang mengajak saya berjalan-jalan berdua. Umumnya, yang diajak bukan saya saja. Pasti ada 2 atau 4 teman lain. Tidak ada romantisme di jalan-jalan itu. Yang ada rebutan permen, rebutan tempat duduk paling nyaman, dan tutup kuping ketika mendengar dengkur teman di perjalanan. Tidak romantis, bukan.


Oh... ga. Ntar dulu.
Ternyata baru ingat, saya punya jalan kenangan itu. Baru ingat nih, sorry.
Saya punya jalan kenangan juga. Berjalan berdua di jalan yang penuh guguran daun-daun kuning. Jalan berbatu, tua dan lengang. Cuma berdua. Matahari sore yang kekuningan membuat bayangan-bayangan pohon keemasan. Tidak perlu ada percakapan. karena silence is gold.
Dan di golden afternoon itu di hiasi lagu : endless love dari iPod.

Saya pernah berjalan berdua seperti itu. Berdua dengan bayangan saya. he.hee...

(Siapa yang mempunyai kisah romantis di sepanjang jalan kenangannya, silakan menuliskannya dan mengirimkannya ke email saya : wanda.chandrawati@gmail.com. Mari Berbahagia!)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mereka menghabiskan energi dan waktu untuk menjadi perpanjangan aspirasi rakyat. Tapi mereka sendiri tidak tahu apa yg bertunas di masyarakat. Bagiku ini rancu dan tidak lebih dr perjuangan uang. Tidak akan membawa perubahan kecuali eksploitasi derita. Smg ada yg menghentikan ini.