Sabtu, 13 Juni 2009

pretty pet 2

teman-teman saya punya sapi. punya kambing. bukan main irinya saya. saya bilang, suatu hari saya akan punya sapi juga.
teman saya : lu kasi makan apa ? koran ?
saya : ya rumput dong!
teman saya : emang lu mau cari rumput di mana ? mal ?
saya : ya di sawah ! bego.
teman sya : ha?! cari rumput di sawah ? cari rumput tuh di perpustakaan ! ha..ha...ha
(ternyata rumput di lapangan bola ya ?)

saya ingin punya sapi. bukan karena hobi. saya udah cerita kan, saya ga tegaan sama hewan-hewan bertubuh besar. saya mau investasi aja kok.
tahu ga cara beli sapi?
begini. kita harus menemukan komunitas perawat sapi dan penjual sapi. itu tempatnya di desa-desa. mereka biasa menjual sapi dan merawatnya sekaligus untuk kita. jadi walau kita tinggal di resident kek, kita ga perlu bingung dengan sapi yang telah kita beli. kita tinggalkan di kampung. mereka yang urus dengan sisitem bagi hasil. misal, kita beli seekor sapi dengan harga 7 atau 8 juta. pilih yang betina dan sehat.
bagaimana cara menentukan sapinya sehat ? harus berani jongkok-jongkok (iiih) dekat si sapi, perhatikan onderdil luar dan dalamnya. di dalam tuibuh sapi yang sehat terdapat bayi-bayi sapi yang sehat juga nantinya.
dan mata sapi itu indah.
jangan bayangkan telur ceplok.
mata sapi itu besar, cemerlang, hitam dan dihiasi bulu-bulu mata yang lentik. bayanginm saja mata luna maya.
jika udah oke, harga dan sapinya, bikinlah perjanjian dengan bapak-bapak yang bakal urus dia. biasanya perjanjiannya gini : sapi betina akan dikawinkan (kita butuh dokter hewan untuk ini, yang kelak akan melakukan inseminasi buatan. atu kali suntikan 50 rebo). lalu sapinya hamil, jika anaknya betina, 3 kaki untuk pemilik. 1 kaki untuk yang urus. jika lahir anak sapi jantan, 1 kaki untuk pemilik, 3 kaki untuk yang urus. jadi udah punya 4 kaki kan ? 4 kaki maksudnya 1 ekor sapi. 
tapi perjanjian ini ngak baku kok. terserah saja. mana yang adil dan sesukanya. 
investasi ini menyenangkan.
karena jarang-jarang Allah bikin sapi mandul.
tapi sapi mati ada.
tantenya ipar saya mebeli 1 ekor sapi betina seharga 8 juta. karena dia tidak mengerti mana sapi yang sehat dan sapi sakit, dia percayakan saja kepada si penjual yang juga nantinya adalah si pengurus.
apa yang terjadi ?
seminggu kemudian sapi itu mati.
wah, 8 juta hilang dal;am 7 hari karena kebodohan ?
coba dibelikan kerupuk.
bisa terbang kalee...

teman saya yang dari kecil sudah punya sapi menceritakan betapa menyenangkannya memelihara sapi.
teman saya : dibawa ke padang rump[ut (lapangan bola?). kita biarin aja. lihat-lihat dari jauh. tapi diikat. biar tidak ke sawah orang.
saya : kalau ke sawah ?
teman saya : dia makan padi
saya : kalau makan padi ?
teman saya : ya harus diganti
saya : pake padi juga ?
teman saya : tidak. gantinya dengan ikut menanam padi itu lagi.
teman saya (lagi) : kadang aku bawa sapi ke sungai 
saya : sapinya mandi ?
teman saya : ga. aku yang mandi..

teman saya yang lain yang juga punya sapi mengambil rumput untuk sapinya di seberang sebuah pulau kecil. jadi pakai perahu ke sana. rumputnya dibawa ke poerahu. lalu di bawa ke kandang sapi. repot ya ? tapi tidak ada yang merasa repot. semua teman saya bilang itu pekerjaan menyenangkan.
saya jadi semakin penasaran.

saya : aku ga pernah punya sapi
teman saya : aku punya dua
saya : nanti aku juga akan punya dua sapi
teman saya : tapi sekarang aku ga punya sapi lagi
saya : kenapa ?
teman saya : ga ada yang urus lah..
oya. teman-teman saya itu telah jadi PNS. PNS kan ga ngurus sapi. dia ga punya waktu lagi ke padang rumput atau pulau kecil mengambil rumput.
tapi teman saya erwin (pakabar,mas?) di kebumen tetap mengurus ternaknya.
jika pulang dari jakarta berlibur dia akan melihat sapi-sapi dan kambingnya di belakang rumah. dan dengan sabitnya yang tajam dia ke lapangan mencari rumput. 
erwin : aku pikul sendiri rumputnya, bawa ke kandang. dipotong-potong dulu, baru disajikan.
wah.. keren banget !
karena hari gini, orang kota mana yang mau seribet erwin.

saya memang tidak punya sapi dan kambing.
tapi saya pernag punya ayam. ayam jago yang ganteng. jangkung. tajinya gede. galak minta ampun. dia ayam bangkok aduan. karena tidak punya kandang --lagian ngapain, ayamnya cumadia doang-- dia seliweran di halaman belakang dekat jemuran.
pagi-pagi suaranya yang serak-serak maskulin kukuiruyukdi dahan pohon nangka. tapi gara-gara ayam jago ini, saya jadi takut ke jemuran. gimana engga. udah berkali-kali saya dilompati,diuber,dipatok, pokoknya disiksa dia setiap menjemur cucian ke belakang.
saya membencinya setengah mati. dan dia tahu itu. saya pernah diuber sampe ke dapur teriak-teriak panggil nyokap. dengan tatapan mengejek dia menatap saya persis di pintu dapur, "pengadu!"

suatru hari, si jago ini terserang penyakit. kami kira dia terjangkit flu burung. mau lapor pak rt takut dia dibakar hidup-hidup di kelurahan. jadi kami diemin aja.
si jago kepalanya sudah mebiru. matanya kuyu. ngos-ngosan jongkok tak menentu di dekat kran air.
kesian amat.
tapi ,mengingat kejahatannya ke saya, saya jadi kehilangan keprihatinan. dengan gemesnya saya kata-katain dia.
"rasakan, hai ayam jahat ! derita lu deh!"
tiba-tiba si jago mengamuk, bagai ngerti dikatain.
bletak! saya dilompati,di terkam di paha saya.
sampai sekarang jejak itu masih ada.
kenang-kenangan dari ayam jago saya sebelum dia mati 4 hari kemudian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mereka menghabiskan energi dan waktu untuk menjadi perpanjangan aspirasi rakyat. Tapi mereka sendiri tidak tahu apa yg bertunas di masyarakat. Bagiku ini rancu dan tidak lebih dr perjuangan uang. Tidak akan membawa perubahan kecuali eksploitasi derita. Smg ada yg menghentikan ini.