Minggu, 25 Juli 2010

Mengunyah Hati Perempuan ( Cerita VII)

”Pendosa dan terkutuk”, kata seorang pria dengan mulut berdarah. Matanya nanar.

”Apa yang kau lakukan,di tengah keramaian engkau menyumpahi dirimu?”, tanya Sang Petualang.

”Aku mengunyah hati perempuan”,jawab pria itu.
Semua orang berlari menjauhi.
Dia tersungkur di jalan.
Orang-orang memandanginya dengan ketakutan dan penghinaan. Sebagian meludahinya.
Nampaknya dosa yang luar biasa. Penebusan baginya adalah melemparkannya ke tebing,tanpa pengampunan dan nama baik.

”Dosamu melebihi kebaikan yang mampu kau usahakan”,teriak hakim dengan marah.

Pria itu bersujud di tanah yang kotor.
Dia tidak diharapkan di situ, tapi dia telah di situ untuk menampung semua kutukan atas apa yang dia lakukan.
Kutukan yang tidak bisa dihentikan, karena telah diciptakan.

”Perempuan ini masih hidup, wahai Hakim ”, kata seorang saksi.
”Tapi dia juga telah mati untuk selama-lamanya. Bawalah dia ke kuil dan biarkan Tuhan memberinya kehidupan yang berbeda”, jawab Hakim.

”Apa yang kita lakukan pada pria ini ?”, tanya orang-orang.

Hakim menghentakkan kakinya.
”Jadikanlah dia pelajaran untuk yang lain. Sekarang dia tidak bermakna ! Bukan seorang pria, tapi juga bukan seorang wanita !”

Hari itu langit begitu gelap.
Tapi bukan tanda-tanda hujan.
Sang Petualang berdiri di pinggir jalan.
Bertanya kepada matahari yang tidak mau dimintai pendapatnya dengan bersembunyi.

”Apa hukuman untuk pria pemerkosa ?”


wandha chandrawati, 29 nov 09
12 Cerita kepada Sang Petualang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mereka menghabiskan energi dan waktu untuk menjadi perpanjangan aspirasi rakyat. Tapi mereka sendiri tidak tahu apa yg bertunas di masyarakat. Bagiku ini rancu dan tidak lebih dr perjuangan uang. Tidak akan membawa perubahan kecuali eksploitasi derita. Smg ada yg menghentikan ini.